Angka kejadian penyakit Jantung bawaan dilaporkan oleh para penulis berbeda – beda dari satu nagara ke negara lainnya. Banyak hal yang membedakan perbedaan tersebut, tetapi yang jelas adalah sumber data pesian serta perbedaan tersebut, tetapi yang jelas adalah sumber data pasien serta perbadaan kelommpok umur yang diteliti. Tetapi pada pelbagai penelitian dengan follow up yang cukup lama, insidens penyakit jantung bawaan baik dinegara yang sudah maju maupun dinegara yang sedang berkambang tidak banyak berbeda, yaitu berkisar antara 6 -10 per 1000 kelahiran hidup (rata – rata 8 per 1000 kelahiran hidup)
Frekuensi relative penyakit jantung bawaan menurut morgan (1978) dan frekuensi relative penyakit jantung bawaan dibagian ilmu kesehatan anak FKUI/RSCM (1987 - 1990) pada 1076, jenis penyakit duktus arteriosus persisten perkiraan rata – rata (Morgan, 1978) 10%, FKUI/RSCM (sastroasmoro, 1990) 13,8%
Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalah sekumpulan malformasi struktur jantung atau pembuluh darah besar yang telah ada sejak lahir. Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan anak. Apabila tidak dioperasi, kebanyakan akan meninggal waktu bayi. Apabila penyakit jantung bawaan ditemukan pada orang dewasa, hal ini menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui seleksi alam, atau telah mengalami tindakan operasi dini pada usia muda.
DEFINISI
Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalah sekumpulan malformasi struktur jantung atau pembuluh darah besar yang telah ada sejak lahir. Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan anak. Apabila tidak dioperasi, kebanyakan akan meninggal waktu bayi. Apabila penyakit jantung bawaan ditemukan pada orang dewasa, hal ini menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui seleksi alam, atau telah mengalami tindakan operasi dini pada usia muda (IPD FKUI,1996 ;1134)
Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta pada janin yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens. Pada bayi normal duktus tersebut menutup secara fungsional 10 – 15 jam setelah lahir dan secara anatomis menjadi ligamentum arteriosum pada usia 2 – 3 minggu. Bila tidak menutup disebut Duktus Arteriosus Persisten (Persistent Ductus Arteriosus : PDA).
(Buku ajar kardiologi FKUI, 2001 ; 227)
Patent Duktus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya ductus arteriosus (arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu pertama kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah dari aorta bertekanan tinggi ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah. (Suriadi, Rita Yuliani, 2001; 235)
Patent Duktus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus arteriosus setelah lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secara langsung dari aorta (tekanan lebih tinggi) ke dalam arteri pulmoner (tekanan lebih rendah). (Betz & Sowden, 2002 ; 375)
Patent Duktus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya ductus arteriosus (arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu pertama kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah dari aorta bertekanan tinggi ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah. (Suriadi, Rita Yuliani, 2001; 235)
Patent Duktus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus arteriosus setelah lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secara langsung dari aorta (tekanan lebih tinggi) ke dalam arteri pulmoner (tekanan lebih rendah). (Betz & Sowden, 2002 ; 375)
ETIOLOGI
Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan :
1. Faktor Prenatal :
a. Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella.
b. Ibu alkoholisme.
c. Umur ibu lebih dari 40 tahun
d. Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin.
e. Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu.
2. Faktor genetik
a. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.
b. Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.
c. Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.
d. Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.
(Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, Pusat Kesehatan Jantung dan Pembuluh Darah Nasional Harapan Kita, 2001 ; 109
(Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, Pusat Kesehatan Jantung dan Pembuluh Darah Nasional Harapan Kita, 2001 ; 109
MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinis PDA pada bayi prematur sering disamarkan oleh masalah-masalah lain yang berhubungan dengan prematur (misalnya sindrom gawat nafas). Tanda-tanda kelebihan beban ventrikel tidak terlihat selama 4 – 6 jam sesudah lahir. Bayi dengan PDA kecil mungkin asimptomatik,
Bayi dengan PDA sedang menunjukan, sering terjadi infeksi saluran napas berulang, anak lekas lelah, kurus bahkan dapat kurang gizi berat bila terjadi gagal jantung yang lama, dan
PDA besar memiliki gejala tampak berat sejak beberapa bulan pertama kehidupan. Anak sulit makan adn minum hingga berat badan tidak bertambah, tampak dispnu atau takipnu dan banyak keringat. Teraba aktivitas ventrikel kiri bertambah. Sering teraba getaran bising di ICS II kiri. Tanda khas pada denyut nadi berupa pulsus seler, yakni nadi teraba kuat. Pengukuran tekanan darah menunjukan perbedaan tekanan sistolik dan diastolik yang lebar. Ini terjadi akibat terjadi kebocoran darah dari aorta pada waktu sistolik maupun diastolk
a. Duktus arteriosus memutup secara spontan dalam beberapa jam sampai beberapa hari setelah lahir.
b. Tidak terjadi penutupan berarti adanya kondisi abnormal aliran darah dari tekanan aorta yang tinggi ke tekanan rendah arteri pulmonal.
c. Post natal : tekanan sistemik akan malebihi tekanan pulmonal. Darah mengalir dari aorta melalui duktus ke arteri pulmonal (terjadi pirau dari kiri ke kanan)
d. Darah dari paru – paru mengalir kembali ke artium dan ventrikel ke kiri. Hal ini akan mengakibatkan : workload jantung kiri meningkat, komesti pulmonal meningkat, resistensi pulmonal meningkat tekanan venrtikel ke kanan meningkat dan meningkatkan hipertopi.
KOMPLIKASI
A. Endokarditi
B. Obstruksi pembuluh darah pulmonal
Hepatomegali (jarang terjadi pada bayi prematur)
Hepatomegali (jarang terjadi pada bayi prematur)
C. Enterokolitis nekrosis
Gangguan paru yang terjadi bersamaan (misalnya sindrom gawat nafas atau displasia bronkkopulmoner)
Gangguan paru yang terjadi bersamaan (misalnya sindrom gawat nafas atau displasia bronkkopulmoner)
D. Perdarahan gastrointestinal (GI), penurunan jumlah trombosit
E. Hiperkalemia (penurunan keluaran urin. Aritmia)
F. Gagal tumbuh
(Betz & Sowden, 2002 ; 376-377, Suriadi, Rita Yuliani, 2001 ; 236)
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Foto Thorak : Atrium dan ventrikel kiri membesar secara signifikan (kardiomegali),
gambaran vaskuler paru meningkat
2. Ekhokardiografi : Rasio atrium kiri tehadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1 pada bayi cukup bulan atau lebih dari 1,0 pada bayi praterm (disebabkan oleh peningkatan volume atrium kiri sebagai akibat dari pirau kiri ke kanan)
3. Pemeriksaan dengan Doppler berwarna : digunakan untuk mengevaluasi aliran darah dan arahnya.
4. Elektrokardiografi (EKG) : bervariasi sesuai tingkat keparahan, pada PDA kecil tidak ada abnormalitas, hipertrofi ventrikel kiri pada PDA yang lebih besar.
5. Kateterisasi jantung : hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil ECHO atau Doppler yang meragukan atau bila ada kecurigaan defek tambahan lainnya.
(Betz & Sowden, 2002 : 377)
a. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan medis
a. Penatalaksanaan Konservatif : Restriksi cairan dan bemberian obat-obatan : Furosemid(lasix) diberikan bersama restriksi cairan untuk meningkatkan diuresis dan mengurangi efek kelebihan beban kardiovaskular, Pemberian indomethacin (inhibitor prostaglandin) untuk mempermudah penutupan duktus, pemberian antibiotik profilaktik untuk mencegah endokarditis bakterial.
b. Pembedahan : Pemotongan atau pengikatan duktus.
c. Non pembedahan : Penutupan dengan alat penutup dilakukan pada waktu kateterisasi jantung.
(Betz & Sowden, 2002 ; 377-378, Suriadi, Rita Yuliani, 2001 ; 236)
(Betz & Sowden, 2002 ; 377-378, Suriadi, Rita Yuliani, 2001 ; 236)
2. Penatalaksaan keperawatan
A. PENGKAJIAN
a. Riwayat keperawatan : respon fisiologis terhadap defek (sianosis, aktivitas terbatas)
b. Kaji adanya tanda-tanda gagal jantung, nafas cepat, sesak nafas, retraksi, bunyi jantung tambahan (machinery mur-mur), edera tungkai, hepatomegali
c. Kaji adanya hipoksia kronis : Clubbing finger
d. Kaji adanya hiperemia pada ujung jari
e. Kaji pola makan, pola pertambahan berat badan
f. Pengkajian psikososial meliputi : usia anak, tugas perkembangan anak, koping yang digunakan, kebiasaan anak, respon keluarga terhadap penyakit anak, koping keluarga dan penyesuaian keluarga terhadap strees
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan Curah jantung b.d malformasi jantung.
2. Gangguan pertukaran gas b.d kongesti pulmonal.
3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel.
4. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b.d tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan.
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kelelahan pada saat makan dan meningkatnya kebutuhan kalori.
6. Resiko infeksi b.d menurunnya status kesehatan.
7. Perubahan peran orang tua b.d hospitalisasi anak, kekhawatiran terhadap penyakit anak.
C. INTERVENSI
I. Mempertahankan curah jantung yang adekuat :
Observasi kualitas dan kekuatan denyut jantung, nadi perifer, warna dan kehangatan kulit
Observasi kualitas dan kekuatan denyut jantung, nadi perifer, warna dan kehangatan kulit
Tegakkan derajat sianosis (sirkumoral, membran mukosa, clubbing)
Monitor tanda-tanda CHF (gelisah, takikardi, tachypnea, sesak, mudah lelah
Monitor tanda-tanda CHF (gelisah, takikardi, tachypnea, sesak, mudah lelah
periorbital edema, oliguria, dan hepatomegali)
Kolaborasi pemberian digoxin sesuai order, dengan menggunakan teknik
pencegahan bahaya toksisitas.
Berikan pengobatan untuk menurunkan afterload
Berikan diuretik sesuai indikasi.
II. Mengurangi adanya peningkatan resistensi pembuluh paru:
a. Monitor kualitas dan irama pernafasanAtur posisi anak dengan posisi fowler
b. Hindari anak dari orang yang terinfeksi
c. Berikan istirahat yang cukup
d. Berikan nutrisi yang optimal
e. Berikan oksigen jika ada indikasi
III. Mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat :
a. Ijinkan anak untuk sering beristirahat, dan hindarkan gangguan pada saat tidur
b. Anjurkan untuk melakukan permainan dan aktivitas ringan
c. Bantu anak untuk memilih aktivitas yang sesuai dengan usia, kondisi dan kemampuan anak.
d. Hindarkan suhu lingkungan yang terlalu panas atau terlalu dingin
e. Hindarkan hal-hal yang menyebabkan ketakutan / kecemasan pada anak
IV. Memberikan support untuk tumbuh kembang
a. Kaji tingkat tumbuh kembang anak
b. Berikan stimulasi tumbuh kembang, kreativitas bermain, game, nonton TV, puzzle, menggambar, dan lain-lain sesuai kondisi dan usia anak.
c. Libatkan keluarga agar tetap memberikan stimulasi selama dirawat
V. Mempertahankan pertumbuhan berat badan dan tinggi badan yang sesuai
a. Sediakan nutrisi yang seimbang, tinggi zat-zat nutrisi untuk mencapai pertumbuhan yang adekuat
b. Monitor tinggi badan dan berat badan, dokumentasikan dalam bentuk grafik untuk mengetahui kecenderungan pertumbuhan anak
c. Timbang berat badan setiap hari dengan timbangan yang sama dan waktu yang sama
d. Catat intake dan output secara benar
e. Berikan makanan dengan porsi kecil tapi sering untuk menghindari kelelahan pada saat makan
f. Anak-anak yang mendapatkan diuretik biasanya sangat haus, oleh karena itu cairan tidak dibatasi.
VI. Anak tidak akan menunjukkan tanda-tanda infeksi
a. Hindari kontak dengan individu yang terinfeksi
b. Berikan istirahat yang adekuat
c. Berikan kebutuhan nutrisi yang optimal
VII. Memberikan support pada orang tua
a. Ajarkan keluarga / orang tua untuk mengekspresikan perasaannya karena memiliki anak dengan kelainan jantung, mendiskudikan rencana pengobatan, dan memiliki peranan penting dalam keberhasilan pengobatan
b. Ekplorasi perasaan orang tua mengenai perasaan ketakutan, rasa bersalah, berduka, dan perasaan tidak mampu
c. Mengurangi ketakutan dan kecemasan orang tua dengan memberikan informasi yang jelas
d. Libatkan orang tua dalam perawatan anak selama di rumah sakit
e. Memberikan dorongan kepada keluarga untuk melibatkan anggota keluarga lain dalama perawatan anak.
D. HASIL YANG DIHARAPKAN
1. Anak akan menunjukkan tanda-tanda membaiknya curah jantung
2. Anak akan menunjukkan tanda-tanda tidak adanya peningkatan resistensi pembuluh paru
3. Anak akan mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat
4. Anak akan tumbuh sesuai dengan kurva pertumbuhan berat dan tinggi badan
5. Anak akan mempertahankan intake makanan dan minuman untuk mempertahankan berat badan dan menopang pertumbuhan
6. Anak tidak akan menunjukkan tanda-tanda infeksi
7. Orang tua akan mengekspresikan perasaannya akibat memiliki anak dengan kelainan jantung, mendiskusikan rencana pengobatan, dan memiliki keyakinan bahwa orang tua memiliki peranan penting dalam keberhasilan pengobatan.
E. PERENCANAAN PEMULANGAN
1. Kontrol sesuai waktu yang ditentukan
2. Jelaskan kebutuhan aktiviotas yang dapat dilakukan anak sesuai dengan usia dan kondisi penyakit
3. Mengajarkan ketrampilan yang diperlukan di rumah, yaitu :
a. Teknik pemberian obat
b. Teknik pemberian makanan
c. Tindakan untuk mengatasi jika terjadi hal-hal yang mencemaskan tanda-tanda komplikasi, siapa yang akan dihubungi jika membutuhkan pertolongan.
DAFTAR PUSTAKA
Ismail Sofyan ; Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid 1 ; dan Fakultas Kedokteren Uniserfitas Indonasia, Jakarta 1991
Noer, Sajaifoellah H.M. dkk, 1996. “Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilit 1 Edisi III” Jakarta : Balai Penerbit Fkui.
Erika Kadek Ayu. Dkk, 2008. “keperawatan anak PSKI UNHAS”.
Diposkan oleh Rudi