PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Pemeliharaan hygiene perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan. Seperti pada orang sehat dapat memenuhi kebutuhan personal hygienenya sendiri. Cara perawatan diri menjadi rumit dikarenakan kondisi fisik atau keadaan emosional klien. Selain itu,beragam faktor pribadi dan sosial budaya mempengaruhi praktik hygiene klien.
Karena perawatan hygiene seringkali memerlukan kontak yang dekat dengan klien maka perawat menggunakan ketrampilan komunikasi untuk meningkatkan hubungan terapeutik dan belajar tentang kebutuhan emosional klien.
Karena perawatan hygiene seringkali memerlukan kontak yang dekat dengan klien maka perawat menggunakan ketrampilan komunikasi untuk meningkatkan hubungan terapeutik dan belajar tentang kebutuhan emosional klien.
kira-kira apa itu defisit perawatan diri???
untuk lebih jelas lagi silakan baca yang di bawah ini........
DEFENISI
A. Pengertian
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri. Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting). ( Depkes. 2000)
Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tinda kan yang dilakukan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang serta kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya
B. Jenis–Jenis Perawatan Diri
JENIS-JENIS PERAWATAN DIRI MENURUT (Depkes. 2000) yaitu :
1. Kurang perawatan diri = mandi / kebersihan
Gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas mandi / kebersihan diri.
2. Kurang perawatan diri = mengenakan pakaian / berhias
Gangguan kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan diri.
3. Kurang perawatan diri = makan
Gangguan kemampuan untuk menunjukkan aktivitas makan.
4. Kurang perawatan diri = toileting
Gangguan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri.
1. Kurang perawatan diri = mandi / kebersihan
Gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas mandi / kebersihan diri.
2. Kurang perawatan diri = mengenakan pakaian / berhias
Gangguan kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan diri.
3. Kurang perawatan diri = makan
Gangguan kemampuan untuk menunjukkan aktivitas makan.
4. Kurang perawatan diri = toileting
Gangguan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri.
C. pengkajian
Pengkajian yang perlu dilakukan pada pasien gangguan deficit perawatan diri (Depkes 2000) adalah :
1. Faktor prediposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
2. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah:
1. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
2. Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
1. Faktor prediposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
2. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah:
1. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
2. Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
4. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
5. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
6. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
7. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
Dalam pengkajian data yang biasa ditemukan pada pasien dengan gangguan defisit perawatan diri adalah :
1. Data subyektif
a. Pasien merasa lemah
b. Malas untuk beraktivitas
c. Merasa tidak berdaya.
5. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
6. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
7. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
Dalam pengkajian data yang biasa ditemukan pada pasien dengan gangguan defisit perawatan diri adalah :
1. Data subyektif
a. Pasien merasa lemah
b. Malas untuk beraktivitas
c. Merasa tidak berdaya.
d. Interaksi kurang.
e. Kegiatan kurang.
e. Kegiatan kurang.
f. Tidak berperilaku sesuai norma .
g. Cara makan tidak teratur BAK dan BAB disembarang tempat, gosok gigi dan mandi
g. Cara makan tidak teratur BAK dan BAB disembarang tempat, gosok gigi dan mandi
tidak mampu mandiri
2. Data obyektif
a. Rambut kotor, acak – acakan
b. Badan dan pakaian kotor dan bau
c. Mulut dan gigi bau.
d. Kulit kusam dan kotor
e. Kuku panjang dan tidak terawatt
2. Data obyektif
a. Rambut kotor, acak – acakan
b. Badan dan pakaian kotor dan bau
c. Mulut dan gigi bau.
d. Kulit kusam dan kotor
e. Kuku panjang dan tidak terawatt
D. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
A. Daftar masalah
- Penurunan kemampuan dan motovasi perawatan diri
- Isolasi sosial
- defisit perawatan diri
B. Pohon Masalah
Mandi Toileting Makan Berhias
Defisit perawatan diri
Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
Isolasi sosial
C. Dasar keperawatan
C. Dasar keperawatan
Dasar keperawatan yang digunakan pada pasien dengan gangguan deficit perawatan diri yaitu :
- Gangguan penurunan motivasi perawatan diri berhubungan dengan deficit perawatan diri
- Deficit perawatan diri berhubungan dengan isolasi sosial
D. Perencanaan keperawatan
a. Tindakan keperawatan
-Tujuan umum dan tujuan khusus
-Kriteria evaluasi
-Intervensi
-Rasional
b. Strategi komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan ( Berupa kalimat yang dibuat dalam bentuk operasional
• Fase Orientasi
– Salam Terapeutik
• (Pertemuan I : Perkenalan antara perawat dengan klien)
• (Pertemuan II, dst : Mengucapkan salam)
– Evaluasi / Validasi
• (Pertemuan I : Berisi kajian tentang keluhan/alasan pasien meminta pertolongan)
• (Pertemuan II, dst : Menanyakan perasaan pasien dan mengevaluasi kembali topik sebelumnya)
• (Pertemuan terakhir : berfokus pada semua tindakan keperawatan yang telah dilakukan, kemampuan yang telah dimiliki klien, jadwal kegiatan RS yang dapat dilakukan dirumah.)
– Kontrak
• Topik : (Hal yang akan dibicarakan sesuai dengan TUK saat itu)
• Waktu : (Alokasi waktu yang disepakati selama interaksi)
• Tempat : (Tempat dilaksanakannya interaksi sesuai kesepakatan)
PENILAIAN DAN PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medis
Pasien dengan gangguan defisit perawatan diri tidak membutuhkan perawatan medis karena hanya mengalami gangguan jiwa, pasien lebih membutuhkan terapai kejiwaan melalui komunikasi terapeutik.
2. Penatalaksanaan Keperawataan
Tindakan keperawatan
1. Tindakan keperawatan untuk pasien
a. Tujuan:
1) Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
2) Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
3) Pasien mampu melakukan makan dengan baik
4) Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri
a. Tujuan:
1) Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
2) Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
3) Pasien mampu melakukan makan dengan baik
4) Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri
b. Tindakan Keperawatan
1) Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri
Untuk melatih pasien dalam menjaga kebersihan diri Saudara dapat melakukan tahapan tindakan yang meliputi:
a) Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri.
b) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
c) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
d) Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri.
1) Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri
Untuk melatih pasien dalam menjaga kebersihan diri Saudara dapat melakukan tahapan tindakan yang meliputi:
a) Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri.
b) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
c) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
d) Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri.
2) Melatih pasien berdandan/berhias
Perawat dapat melatih pasien berdandan. Untuk pasien laki-laki tentu harus dibedakan dengan wanita.
Untuk pasien laki-laki latihan meliputi :
a) Berpakaian
b) Menyisir rambut
c) Bercukur
Untuk pasien wanita, latihannya meliputi :
a) Berpakaian
b) Menyisir rambut
c) Berhias
Untuk pasien laki-laki latihan meliputi :
a) Berpakaian
b) Menyisir rambut
c) Bercukur
Untuk pasien wanita, latihannya meliputi :
a) Berpakaian
b) Menyisir rambut
c) Berhias
3) Melatih pasien makan secara mandiri
Untuk melatih makan pasien Saudara dapat melakukan tahapan sebagai berikut:
a) Menjelaskan cara mempersiapkan makan
b) Menjelaskan cara makan yang tertib
c) Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan
d) Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik
a) Menjelaskan cara mempersiapkan makan
b) Menjelaskan cara makan yang tertib
c) Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan
d) Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik
4) Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri
Saudara dapat melatih pasien untuk BAB dan BAK mandiri sesuai tahapan berikut:
a) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK
a) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK
2. Tindakan keperawatan pada keluarga
Tindakan keperawatan untuk pasien kurang perawatan diri juga ditujukan untuk keluarga sehingga keluarga mampu mengarahkan pasien dalam melakukan perawatan diri.
a. Tujuan
1) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kurang perawatan diri.
1) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kurang perawatan diri.
b. Tindakan keperawatan
Untuk memantau kemampuan pasien dalam melakukan cara perawatan diri yang baik maka perawat harus melakukan tindakan kepada keluarga agar keluarga dapat meneruskan melatih pasien dan mendukung agar kemampuan pasien dalam perawatan dirinya meningkat.
Untuk memantau kemampuan pasien dalam melakukan cara perawatan diri yang baik maka perawat harus melakukan tindakan kepada keluarga agar keluarga dapat meneruskan melatih pasien dan mendukung agar kemampuan pasien dalam perawatan dirinya meningkat.
Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang tidak dapat merawat diri sendiri yaitu :
1. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri :
a. Bina hubungan saling percaya
b. Bicarakan tentang pentingnya kebersihan
c. Kuatkan kemampuan klien merawat diri
1. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri :
a. Bina hubungan saling percaya
b. Bicarakan tentang pentingnya kebersihan
c. Kuatkan kemampuan klien merawat diri
2. Membimbing dan menolong klien merawat diri :
a. Bantu klien merawat diri
b. Ajarkan keterampilan secara bertahap
c. Buatkan jadwal kegiatan setiap hari
3. Ciptakan lingkungan yang mendukung
a. Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk mandi
b. Dekatkan peralatan mandi biar mudah dijangkau oleh klien
c. Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien
a. Bantu klien merawat diri
b. Ajarkan keterampilan secara bertahap
c. Buatkan jadwal kegiatan setiap hari
3. Ciptakan lingkungan yang mendukung
a. Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk mandi
b. Dekatkan peralatan mandi biar mudah dijangkau oleh klien
c. Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien
ASUHAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA : Penurunan Kemampuan Dan Motivasi Merawat Diri.
INTERVENSI | RASIONAL |
TUM I :Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya untuk memperhatikan kebersihan diri. TUK I : klien merasa dihargai INTERVENSI a. Berikan salam setiap berinteraksi. b. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan. c. Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien. d. Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi. e. Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien. f. Buat kontrak interaksi yang jelas. g. Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati. h. Penuhi kebutuhan dasar klien. | -Klien merasa dihargai -Hubungan saling percaya sebagai dasar interaksi perawat dan klien. -Mengetahui masalah yang dialami oleh klien. Respon yang positif dari klien menujukan tanda adanya kemajuan dalam berinteraksi -Agar klien merasa diperhatikan. -Agar klien merasa diperhatikan. |
TUM II : pasien dapat mengerti dan meningkatkan pengetahuan tentang perawatan diri TUK II : klien dapat mengenal tentang pentingnya kebersihan diri. INTERVENSI a. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik. b. Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan cara menjelaskan pengertian tentang arti bersih dan tanda- tanda bersih. c. Dorong klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda kebersihan diri. d. Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali pengetahuan klien terhadap hal yang berhubungan dengan kebersihan diri. e. Bantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan memelihara kebersihan diri. f. Beri reinforcement positif setelah klien mampu mengungkapkan arti kebersihan diri. g. Ingatkan klien untuk memelihara kebersihan diri seperti: mandi 2 kali pagi dan sore, sikat gigi minimal 2 kali sehari (sesudah makan dan sebelum tidur), keramas dan menyisir rambut, gunting kuku jika panjang. mengadakan fasilitas kebersihan diri seperti odol, sikat gigi, shampoo, pakaian ganti, handuk. | -Hubungan saling percaya sebagai dasar interaksi perawat dan klien. -Membantu klien agar mengerti apa itu kebersihan diri dengan penjelasan-penjelasan yang singkat dan mudah dimengerti -Membuat klien aktif dalam komunikasi, untuk mengetahui ada tidaknya perhatian dari klien -Mengetahui potensi pengetahuan klien tentang kebersihan diri -membantu pasien untuk mengerti mengenai kebersihan diri - Meningkatkan harga diri klien. -Membantu klien untuk menggingat hal-hal yang berhubungan dengan perawatan diri |
TUM III : agar klien merasa diperhatikan TUK III : Klien dapat melakukan kebersihan diri dengan bantuan perawat. INTERVENSI a. Motivasi klien untuk mandi. b. Beri kesempatan untuk mandi, beri kesempatan klien untuk mendemonstrasikan cara memelihara kebersihan diri yang benar. c. Anjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari. d. Kaji keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan rambut. | - Mendorong klien untuk merawat diri - Mengetahui seberapa besar kemampuan klien dalam memperaktekkan cara memelihara kebersihan diri. -Membiasakan pasien untuk hidup bersih -Mengetahui tindakan yang perlu dilakukan pada klien dalam menjaga kebersihan diri. |
TUM IV : Klien dapat mengimplementasikan cara perawatan diri TUK IV : Klien dapat melakukan kebersihan perawatan diri secara mandiri. INTERVENSI Monitor klien dalam melakukan kebersihan diri secara teratur, ingatkan untuk mencuci rambut, menyisir, gosok gigi, ganti baju dan pakai sandal. | -Mengetahui tindakan yang dilakukan dalam merawat dirinya. |
TUM V : Membiasakan klien dalam melakukan perawatan diri TUK V : Klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara mandiri. INTERVENSI Beri reinforcement positif jika berhasil melakukan kebersihan diri. | Meningkatkan harga diri klien. |
TUM VI : klien merasa diperhatikan oleh keluarga TUK VI : Klien dapat dukungan keluarga dalam meningkatkan kebersihan diri. INTERVENSI a. Jelaskan pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya klien menjaga kebersihan diri. b. Diskusikan bersama keluarga tentang tindakanyang telah dilakukan klien selama di RS dalam menjaga kebersihan dan kemajuan yang telah dialami di RS. c. Anjurkan keluarga untuk memutuskan memberi stimulasi terhadap kemajuan yang telah dialami di RS. d. Jelaskan pada keluarga tentang manfaat sarana yang lengkap dalam menjaga kebersihan diri klien. e. Anjurkan keluarga untuk menyiapkan sarana dalam menjaga kebersihan diri. f. Diskusikan bersama keluarga cara membantu klien dalam menjaga kebersihan diri. g. Diskusikan dengan keluarga mengenai hal yang dilakukan misalnya: mengingatkan pada waktu mandi, sikat gigi, mandi, keramas, dan lain-lain. | -Memberikan pendidikan keperawatan jiwa kepada keluarga -Membangun kerja sama antara perawat dan keluarga klien -Mengetahui tindakan yang dilakukan selanjutnya oleh keluarga dalam merawat klien. -Membantu klien untuk mengerti manfaat dari sarana yang disediakan bagi klien -Menigkatkan partisipasi aktif dalam menyediakan kebutuhan klien - Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang cara merawat klien. -Agar klien merasa diperhatikann oleh keluarga |
DAFTAR PUSTAKA
Yosep,Iyus S.Kep M.Si.2007. Keperawatan Jiwa. PT.reflika Aditama
Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa.
Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.
Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta : Momedia
Di poskan oleh Rudi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar